Contoh Komponen Biotik Dan Abiotik Ekosistem Sawah

Komponen Ekosistem Sawah

Ekosistem sawah terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang berada di ekosistem sawah. Sedangkan komponen abiotik meliputi tanah, air dan cahaya matahari yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup komponen biotik

Ekosistem sawah merupakan salah satu ekosistem buatan daratan di muka bumi. Namun tak semua daratan tak mampu dibuat sedemikian rupa menjadi ekosistem persawahan, hal ini karena ekosistem persawahan memiliki ciri khas yang dibangun oleh komponen abiotik dan biotik tertentu.

a. Komponen Abiotik

Unsur- unsur alam penyusun ekosistem sawah beberapa dapat dikendalikan oleh manusia sedang yang lain dipengaruhi oleh alam. Faktor abiotik penyusun ekosistem sawah antara lain:

1. Cahaya

Cahaya merupakan komponen yang amat penting, karena dengan adanya cahaya, rantai makanan akan terbentuk. Energi yang dipancarkan oleh cahaya dibutuhkan oleh produsen untuk membuat makanannya.

Dalam ekosistem sawah yang didominasi oleh tumbuhan budidaya membuat cahaya yang masuk ke dalamnya merata, karena tidak tertutupi oleh kanopi daun seperti pada ekosistem hutan ( tinggi tumbuhan di ekosistem sawah relatif sama). Maksimalnya cahaya matahari pada siang hari memungkinkan proses fotosintesis yang berlangsung menjadi maksimal dengan demikian tak hanya tumbuhan budidaya saja yang maksimal melakukan fotosintesis namun juga tumbuhan – tumbuhan liar seperti rumput, semak belukar, alga sukses melakukan fotosintesis.

2. Tanah

Kandungan oksigen telarut pada tanah semakin bertambah dengan pembajakan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini dapat meningkatkan nutrisiyang terkandung di dalam tanah dengan demikian, tumbuhan akan subur dan baik pertumbuhannya.

Kehadiran hewan – hewan yang hidup di dalam tanah seperti cacing membantu menggenburkan tanah serta meningkatkan unsur hara yang terkandung di dalamnya. Kelembapan dan pH tanah juga sangat cocok untuk pertumbuhan tumbuhan serta organisme lain.

3. Air

Tentu saja air menjadi kompone abiotik yang amat penting untuk memulai suatu kehidupan. All organisms are need a water to grow and develop their body. Dalam ekosistem sawah, air di dapatkan dengan menunggu musim hujam (sawah tadah hujan) atau dapat pula dengan irigasi. Bagi petani yang mengandalkan air dari musim penghujan tentu akan mempengaruhi masa penanaman tanaman primer, dengan demikian akan dihuni oleh tumbuhan – tumbuhan liar.

b. Komponen biotik

Komponen biotik di ekosistem sawah bisa dikelompokkan dalam 3 jenis yakni tumbuhan primer, tumbuhan sekunder dan hewan.
  1. Tumbuhan primer – Yang termasuk dalam tumbuhan primer adalah tumbuhan yang sengaja ditanam dan dirawat oleh petani agar dapat dipanen di kemudian hari. Tumbuhan primer berbeda- beda sesuai dengan jenis sawah dan juga musim tanam. Contoh tumbuhan primaer yakni padi, kacang hijau, kacang kedelai dan lain- lain. 
  2. Tumbuhan sekunder – Yang disebut dengan tumbuhan sekunder yakni tumbuhan liar yang ikut tumbuh di sekitar tumbuhan primer. Tumbuhan liar ini sebenarnya adalah gulma atau hama tanaman yang harus dihilangkan karena dapat mengganggu pertumbuhan tumbuhan primer. Jika tumbuhan sekunder dibiarkan maka dapat merebut unsur hara di tanah yang sebenarnya dipersiapkan untuk tumbuhan primer. Contoh dari tumbuhan sekunder adalah rumput dan tumbuhan semak.
  3. Hewan – Hewan-hewan yang hadir dalam ekosistem sawah merupakan hewan- hewan pedatang karena keberadaan komponen biotik lainnya serta kompenen abiotik yang mendukung. Seperti, kodok, ular, tikus, burung, serangga. Hewan- hewan ini berperan sebagai konsumen dari kehadiran organisme lain, seperti tikus yang mamakan tanaman padi, kemudian ular akan memangsa tikus, dan musang atau elang dapat hadir untuk memangsaular. Kehadiran dekomposer akan menambah kekayaan hayati serta membantu pengembalian unsur- unsur organik ke alam yang membantu meningkatkan kesuburan tanah yang dibantu juga oleh detritivor seperti cacing yang akan memakan sisa- sisa senyawa organik yang telah teruraikan. Meski ekosistem sawah merupakan ekosistem buatan atau binaan, tak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh manusia, karena alam juga berpengaruh besar pada pembentukan ekosistem ini. Interaksi yang terjadi pada ekosistem sawah pun terjadi sangat baik,kehadiran tumbuhan liar dan hewan- hewan menambah kekayaan hayati yang terkandung di dalamnya, serta menjaga kestailan suatu ekosistem.

c. Komponen heterotrof

Terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

Pengurai (dekomposer)

Pengurai adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.

Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula detritivor yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dkomposisi ada tiga, yaitu:

  1. secara aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
  2. secara anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
  3. Fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron.

Semua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

Ekosistem Sawah

Salah satu jenis ekosistem buatan yang berada di daratan adalah sawah. Sawah merupakan suatu ekosistem berupa lahan pertanian dengan permukaan tanah yang rata dan terdapat pematang sebagai pembatas. Sawah termasuk dalam ekosistem buatan karena sengaja dibuat manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Manusia menanam berbagai jenis tanaman di ekosistem sawah. Diantara tanaman yang sering ditanam adalah padi dan kacang- kacangan. Tanaman lain yang ikut tumbuh di ekosistem sawah adalah rerumputan yang sebenarnya menjadi gulma bagi tanaman. selain tanaman, terdapat pula hewan- hewan yang mendiami ekosistem sawah seperti ulat, serangga dan burung. Hewan dan tanaman yang berada di suatu ekosistem sawah berbeda dengan ekosistem sawah yang lainnya. Terdapat beberapa contoh ekosistem sawah yang ada di Indonesia. Diantara contoh ekosistem sawah tersebut yaitu :

  1. Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alami, tanpa adanya pengaruh atau campur tangan manusia. Misalnya, ekosistem gurun pasir, ekosistem hutan tropis, dan ekosistem hutan gugur. Setiap ekosistem mempunyai ciri khas. Ciri itu sangat ditentukan oleh faktor suhu, curah hujan, iklim, dan lain-lain.
  2. Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia. Misalnya, kolam, waduk, sawah, ladang, dan tanam. Pada umumnya, ekosistem buatan mempunyai komponen biotik sesuai dengan yang diinginkan pembuatnya. Pada ekosistem sawah, komponen biotik yang banyak, yaitu padi dan kacang.
  3. Ekosistem Suksesi, yaitu ekosistem yang merupakan hasil suksesi lingkungan yang sebelumnya didahului oleh kerusakan. Pada lingkungan demikian, jenis tumbuhan yang berkembang ditentukan oleh jenis organisme yang hidup di sekitarnya

Pertanian tadah hujan adalah usaha pertanian yang memanfaatkan hujan sepenuhnya sebagai sumber air. Usaha pertanian ini telah menyediakan bahan pangan di berbagai kawasan di negara miskin dan berkembang. Di Afrika sub Sahara, pertanian tadah hujan menyumbang sebanyak 95%, di Amerika Latin 90%, Timur Tengah dan Afrika 75%, Asia Timur 65%, dan Asia Selatan 60% Tingkat produktivitas pertanian tadah hujan secara umum rendah dikarenakan kondisi tanah yang terdegradasi, tingginya evaporasi, kekeringan, banjir, dan minimnya manajemen air. Namun usaha pertanian tadah hujan memiiki potensi untuk lebih produktif dengan mengelola air hujan dan kelembaban tanah lebih efektif.

Ekosistem sawah tadah hujan.

Sawah tadah hujan adalah sawah yang sistem pengairannya sangat mengandalkan curah hujan. Jenis sawah ini hanya menghasilkan di musim hujan. Di musim kering sawah ini dibiarkan tidak diolah karena air sulit didapat atau tidak ada sama sekali. Sawah tadah hujan umumnya hanya dipanen setahun sekali. Intensitas penggunaan tenaga kerja di sawah tadah hujan lebih tinggi karena petani harus menyulam (menanam kembali) lebih sering dibandingkan sawah beririgasi, akibat suplai air yang tidak stabil.

Ekosistem sawah lebak.

Ekosistem sawah lebak merupakan ekosistem sawah yang dibuat diantara dua sungai yang besar. Sistem irigasinya memanfaatkan aliran air kedua sungai besar di kanan kirinya. Ketika musim kemarau para petani tidak perlu menunggu air hujan karena debit air di sungai besar masih cukup untuk mengairi sawah. Yang perlu dikhawatirkan adalah ketika musim penghujan. Ketika debit sungai begitu banyak, maka sawah lebak rawan terhadap banjir atau tergenang air. Sistem irigasi yang baik harus dibangun untuk mengatasi permasalahan tersebut. Jika sistem irigasi sudah tepat, maka sawah lebak sangt menguntungkan bagi petani karena tidak memerlukan banyak biaya selama bercocok tanam. Ekosistem lebak dapat dijumpai di sekitar Sungai Musi dan Sungai Ogan di Sumatera.

Ekosistem sawah pasang surut.

Contoh ekosistem sawah selanjutnya adalah sawah pasang surut. Sawah ini dibuat di dekat sungai, rawa- rawa atau di dekat pantai. Sawah pasang surut memanfaatkan debit air untuk sistem irigasinya. Ketika debit air banyak, air yang tidak tertahan akan meluber dan mengairi sawah- sawah. Karena dibuat di dekat pantai, tanaman yang ditanam di sawah pasang surut harus tahan terhadap kontaminasi air garam. Jika tidak, maka tanaman akan cepat mati dan tidak dapat dipanen. Ekosistem sawah pasang surut dapat ditemukan di daerah pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera dan Kalimantan bagian barat.

0 komentar :

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Sesuai Dengan Topik, Jangan Menggunakan Kata-Kata Kasar, Komentar Dengan Link Aktif Tidak Akan Dipublikasikan

ttd

Admin Blog